Tuesday, September 29, 2015

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN XILANASE AMOBIL DALAM KITOSAN

Enzim xilanase adalah enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme dari golongan kapang dan bakteri. Xilanase merupakan kelompok enzim ekstraseluler yang memiliki kemampuan menghidrolisis xilan menjadi xilosa. Dalam perkembangannya enzim ini banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, seperti proses bio bleaching pada industri pulp, pembuatan gula xilosa, produksi makanan dan minuman dan  produksi makanan ternak. Pada proses dan analisa yang melibatkan enzim, umumnya enzim hanya digunakan sekali pakai, karena secara teknis sangat sulit untuk memisahkan enzim dan produk serta kesulitan mendapatkan kembali enzim yang aktif diakhir reaksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan amobilisasi enzim. Amobilisasi enzim adalah suatu teknik dimana enzim ditempatkan pada suatu matriks sehingga dapat menjaga aktivitas katalitik enzim tersebut. Matriks yang digunakan adalah kitosan yang telah ditambahkan natrium tripolifosfat.
Kestabilan suatu enzim dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti perubahan suhu, lama penyimpanan, pH dan Zat penghambat atau inhibitor. Suatu enzim dikatakan stabil apabila aktivitas enzim sisa lebih dari 50% dari aktivitas enzim awal. Untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan aktivitas enzim xilanase maka dilakukan sebuah penelitian dengan meng-amobilisasi enzim xilanase dengan metode penjebakan menggunakan matriks kitosan-natrium tripolifosfat dan disimpan pada variasi suhu 30,40,50,60,70 (°C) dan variasi lama penyimpanan 0,1,2,3,4,5,6,7 (hari). Aktivitas enzim dapat ditentukan dengan menghitung gula pereduksi yang dihasilkan dari hidrolisis xilan oleh sejumlah enzim per menit (μg.g-1.menit-1). Gula pereduksi yang dihasilkan dianalisis menggunakan reagen DNS dan ditentukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan tertinggi dari enzim xilanase berada pada suhu penyimpanan 50°C dan tingkat kestabilan terendah berada pada suhu 70°C. Semakin lama waktu penyimpanan aktivitas xilanase semakin menurun. Pada suhu 50°C xilanase dapat stabil hingga hari ke-7. Sedangkan pada suhu 70°C xilanase dapat bertahan hingga hari ke-4.



Sumber:

  • Richana N., 2002, Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di Indonesia, Buletin Agrobio 5 (1) 29-35.
  • Budiman  A., dan  Setiawan S., 2010, Pengaruh  Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi dan pH dalam Proses Isolasi Enzim Xilanase dengan Menggunakan Media Jerami Padi, http://www.undip.ac.id/journal/albar-substrat.pdf, diakses tanggal 25 september 2013.
  • Sarah A., 2001, Immobilization and Stabilization of Papain on Chelating  Sepharose,Electronic Journal  Biotechology, Catolica de Velparaaiso Chile.
  • Chibata I., 1978, Immobilized Enzyme, Research and Development, John Wiley andSons Inc, New York.
  • Esawy, M. A., Mahmoud D. A. R. dan Fattah A. F. A., 2008, Immobilisation ofBacillus subtilis NRC33a Levansucrase and  Some Studies on Its Properties, BrazilianJournal of Chemical Engineering, No. 2, Vol. 25, 237-246.
  • Krajewska B., 2004, Application of Chitin and Chitosan Based Materials for EnzymeImmobilizations: A Review, Enzyme and Microbial Technology, Vol. 35 ,126-139.
  • Aral C. dan Akugba J., 1998, Alternative Approach to The Preparation of ChitosanBeads, International of Journal Pharmaceutics, Vol. 168, 9-15.8.Fwu L. M., Shin S. S., Chin T. C., dan  Juin  Y.  L.,  2002, Adsorption of Indomethacinonto Chemically Modified Chitosan, Polymer, Vol. 43, 757-765.

No comments:

Post a Comment